Jumat, 03 Februari 2012

Oleh-oleh Seminar & Bedah Buku 'Seharusnya Cinta Seperti Secangkir Kopi'

berawal dari pagi hari kesiangan bangun dan kebingungan tidak ada air di kontrakan, akhirnya saya memutuskan untuk numpang mandi di Tiara karena harus segera datang ke acara (judul posting). saya tergesa-gesa berganti baju, memanaskan motor, dan dengan bermodalkan sabun mandi dan sabun cuci muka, meluncurlah saya ke kos Tiara. singkat cerita..... selesailah mandinya.... pergilah saya ke seminar & bedah buku SCSSK.
sebelum masuk ke masjid kampus Undip (tempat berlangsungnya acara), di depan pintu masjid saya bertemu dengan Kak Ali  (owner dari Gajah Mada Press, penyelenggara acara, salah satu pembicara). dia bertanya, "Syifaaa... mana teman-temannya? kok cuma sendiri." saya jawab, "hehe.. teman-temannya ada yang mau nyuci, ada yang masih pada tidur, Kak." -->apa coba maksudnya :P

to the point....

tau gak apa bedanya jaman prasejarah dan jaman sejarah? #ayo yang bisa  jawab dapat doorprize, syaratnya diam di pintu selama 24 jam #gayus :P
waktu SMA dulu kita sama-sama sudah belajar kan tentang perbedaan kedua jaman itu. sederhananya, jaman prasejarah itu adalah jaman sebelum manusia mengenal tulisan, sedangkan jaman sejarah adalah jaman ketika manusia sudah mengenal tulisan (termasuk jaman sekarang ini adalah jaman sejarah). #kalau kurang puas dengan pengertian yang saya sebutkan barusan, boleh dicari-cari sendiri dah di Mbah Google.
sekarang saya anggap teman-teman sudah sama-sama paham akan perbedaan kedua jaman tersebut. nah, ada statement seperti ini dari Kak Ali, jaman sekarang gak nulis = jaman prasejarah! penulis adalah pendobrak bangsa ke arah kebaikan (idealnya). dengan menulis berarti kita mewarnai peradaban. dan dengan menulis pula, kita dapat membuktikan diri pada dunia bahwa kita pernah hidup di dunia ini (karena ada wujud kontribusi dalam bentuk tulisan). 
setelah Kak Ali memberikan wejangannya, tiba giliran Kang Nassirun Purwokartun memberi wejangan selanjutnya. beliau bercerita seputar kehidupannya dari mulai bekerja sebagai tukang cuci gerbong kereta, tidur di gerbong kereta dengan hanya beralaskan kardus, jadi tukang parkir, sampai menjadi pembaca puisi, dan akhirnya bekerja di redaksi majalah, lalu ditutup dengan ceritanya mendapatkan cinta sejatinya. dalam pemaparannya, sepertinya beliau itu orang yang sangat pesimiiiiiiiss sekali waktu itu. beliau berkata seperti ini, "kalau saya begini terus, wanita mana yang mau jadi istri saya? harta gak punya, pendidikan juga gak ada, ganteng apalagi gak ada sama sekali." ketika ada yang menawarkan diri untuk menjadi istrinya (saat beliau sudah bekerja di redaksi majalah, bergaji 200ribu/bulan pada jaman itu), beliau menolak dengan alasan takut wanita itu tertipu oleh penampilan dia membacakan puisi, padahal wanita itu tidak tahu keadaan beliau yang sebenarnya bagaimana. apalagi mengingat wanita itu bekerja di perpajakan, bergaji 800ribu/bulan. makin minder lah beliau. ckckck.... ternyata ada udang di balik batu loh :P #sudah cukup cerita tentang Kang Nass sampai sini saja. hehe.. alhamdulillah beliau sekarang sudah berkeluarga (istrinya adalah guru mengaji adiknya dulu) dan memiliki 2 orang anak. subhanallah ya... 
berlanjut ke pembicara ketiga, yaitu Kak Ricola Paserror (penulis buku SCSSK). beliau lebih banyak bercerita sinopsis novelnya, dan bagaimana proses beliau mengerjakannya. ternyata Kak Rico ini menulis novel di waktu-waktu senggangnya bekerja. beliau adalah seorang pemandu wisata. beliau berkata bahwa beliau jenuh dengan pekerjaan rutinnya sebagai pemandu wisata. dari kejenuhan itulah beliau memutuskan untuk mengisi waktu luangnya dengan menulis. walau tanpa bantuan dan keahlian dalam dunia menulis, Kak Rico tetap terus berjuang menyelesaikan novelnya. dan akhirnya terwujudlah.... novel Seharusnya Cinta Seperti Secangkir Kopi. kenapa kok cinta diharuskan seperti secangkir kopi? filosofinya adalah karena kopi itu pahit, tapi dibalik pahitnya itu justru orang-orang jadi candu. sudah tahu pahit, tapi kenapa diminum lagi diminum lagi. namun ternyata setelah penikmat kopi itu menemukan titik manfaat secangkir kopi (terutama bisa untuk obat begadang), barulah dia tersadar bahwa dia sangat membutuhkan kopi. ke depannya, Kak Rico sangat berharap novelnya bisa difilmkan. untuk itu dia harus ekstra bersabar menunggu momen itu tiba. -mohon doanya...- oh iya.. nama paserror ini maksudnya pas error (sedang error) loh. kesimpulannya dia itu nulis novel pada saat sedang error. ahaha ada-ada saja si kakak yang satu ini. 

tibalah sesi tanya jawab. beruntung saya mendapat kesempatan untuk bertanya. :D
untuk Kak Ali:
telah disebutkan oleh Kak Ali di awal bahwa kalau jaman sekarang gak nulis = jaman prasejarah. tapi kenyataannya sekarang ini boro-boro untuk menulis, membaca saja pun tidak. bagaimana kiat-kiatnya agar bisa menumbuhkan minat baca itu dulu agar seterusnya bisa termotivasi untuk menulis?
jawaban Kak Ali:
menurut survey (apa gitu lupa), rata-rata orang Jepang membaca 40 buku dalam setahun, orang Eropa membaca 10 buku dalam setahun, orang Arab membaca 3 buku dalam setahun, orang Indonesia membaca 3 LEMBAR dalam setahun. -_____- jadi harusnya kita kembali lagi pada perintah Tuhan kita, IQRO!! nah tuh, perintah Allah yang paling pertama itu adalah membaca. lantas kenapa kita tidak mau atau malas membaca? -yaa memang sih saya juga termasuk :P-. sebenarnya membaca itu bukanlah kebutuhan, bukan juga kewajiban, tetapi sudah harus menjadi sebuah kenikmatan. seperti kalau kita belum solat, kita pasti belum tenang. tetapi jika kita sudah solat, kita menjadi tenang dan terasa nikmat luar biasa. bukannya hal-hal yang nikmat itu akan kita cari? makanya jadikan membaca sebagai suatu kenikmatan. lalu kaitannya membaca dengan menulis, masa sih selamanya kita mau menjadi konsumen terus? kapan saatnya kita bisa menjadi produsen bacaan-bacaan itu? maka dari itu, menulislah! karena menulis itu adalah jihad (bayangkan jika satu orang dapat menjadi baik karena tulisan kita, jaminannya surga boo... #aamiin) dan bukti bahwa kita pernah hidup di dunia ini.

untuk Kak Ricola:
kenapa kok kisah Firman (tokoh utama) di novel ini tragis amat. sebenarnya terinspirasi dari mana? tentunya selain inspirasi dari sinetron-sinetron kesukaan kakak. *maklum si kakak ini demen banget nonton sinetron, FTV dan semacamnya. selain itu dia juga terobsesi menjadi orang terkenal / entertainer*
jawaban Kak Ricola:
intinya sih katanya beliau ingin menerapkan ilmu psikologinya --> fluktuasi secara emosional akan lebih dikenal. jadinya dia membuat cerita yang mendayu-dayu.

untuk Kang Nass:
tadi menurut pemaparannya kok kayaknya pesimis terus. bagaimana caranya merubah si pesimistis itu menjadi si optimistis?
jawaban Kang Nass:
berhubung beliau merasa memiliki banyak kelemahan, bahkan lemah secara fisik (sakit-sakitan), beliau berusaha bangkit dan justru menjadikan kelemahannya sebagai kelebihannya. karena beliau merasa bodoh, beliau jadi banyak belajar. beliau merasa dengan menulis beliau mendapatkan jodoh (karena salah satu hal yang dikagumi istrinya dari beliau adalah karena tulisannya), dengan menulis juga beliau menjadi panjang umur, sehat, dan bahagia (ceritanya dulu waktu sakit beliau bertekad menulis untuk memberi kenang-kenangan pada anak-anaknya karena beliau takut meninggal. ternyata setelah novelnya terbit beliau justru kembali sehat). 

--saya jadi punya 2 novel SCSSK. satu beli, satunya dikasih gratis (hadiah bertanya). alhamdulillah :P--

wejangan terakhir dari ketiga pembicara sebelum acara ditutup.
Kang Nass: sepintar apapun, secerdas apapun, kalau tidak menulis pasti bakal dilupakan. jadikan kelemahanmu sebagai kelebihanmu!
Kak Ricola: ingin terkenal, jadilah penulis! :P
Kak Ali: jika engkau menolong agama Allah, maka Allah akan menolongmu. mari menulis untuk kebaikan!

note: yang mau beli bukunya bisa menghubungi saya di nomor 08997185407 :D

NB: postingan terdahulu ada di blog saya yang lain, bisa dilihat di sini. saya buat khusus untuk lomba blog FLP di blog ini agar tidak tercampur aduk dengan postingan lainnya. terima kasih. :)

with love, muachh :*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

hanya tentang aku, cintaku, dan hidupku. silahkan berkata-kata asal tidak menggangguku, cintaku, dan hidupku.